JAKARTA, INFODESAKU – Kerjasama Multisektor dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Dilakukan oleh Mahasiswa Residensi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Puskesmas Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur melalui edukasi dan pemberdayaan kader kesehatan dalam skrining kanker.
Acara yang berlangsung meriah pada Kamis, 26 September 2024 di Balai Pertemuan RPTRA Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur ini diikuti oleh 30 kader kesehatan dan turut dihadiri oleh Pejabat pemerintah setempat, Ibu Lurah Kelurahan Tengah, Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Kepala Puskesmas Kelurahan Tengah, serta Dosen pembimbing dari FIK UI Dr. Tuti Nuraini, S.Kp.,M.Biomed. Dalam sambutannya sekretaris Kelurahan Tengah yang mewakili Ibu Lurah menyatakan menyambut baik adanya kegiatan ini yang dapat membantu masyarakat setempat dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan.
Beliau juga menyampaikan akhir- akhir ini beberapa kematian yang terjadi dilingkungan kerja kecamatan Kramat Jati diakibatkan karena kanker yang sudah terlambat untuk ditangani karena waktu memeriksakan dirinya sudah pada tahap lanjut.
Maka kegiatan ini perlu disuport agar kader- kader ini nantinya bisa untuk menskrining tahap awal sebelum dilakukan skrining lebih lanjut dipuskesmas atau rumah sakit rujukan terdekat.
Inovasi ini merupakan bagian dari komitmen Mahasiswa Residensi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia untuk melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan terlibat secara aktif dalam penanganan kanker care continum yang dimulai dari pelaksaanaan deteksi dini kanker. Dalam pelaksaaan kegiatan ini para Kader Kesehatan diberikan edukasi dan pelatihan khusus untuk menggunakan tools deteksi dini kanker yang telah disusun oleh Mahasiswa Residensi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang nantinya akan digunakan kader kesehatan untuk deteksi dini kanker pada warga binaan masing – masing. Sesi edukasi meliputi penjelasan mengenai berbagai jenis kanker yang umum terjadi di masyarakat, khususnya kanker payudara dan kanker serviks, serta tanda dan gejala yang harus diwaspadai. Salah satu highlight dari kegiatan ini adalah demonstrasi SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), yang merupakan metode sederhana namun efektif untuk deteksi dini kanker payudara.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendeteksi dini dan mengoptimalkan peran kader kesehatan dalam penanganan kanker, khususnya jenis kanker yang prevalensinya tinggi di wilayah ini, seperti kanker payudara. Salah satu latar latar belakang dilakukan kegiatan ini karena peningkatan kasus kematian akibat kanker di Indonesia, yang pada tahun 2022 menduduki peringkat kedua setelah penyakit jantung. Dengan adanya deteksi dini terhadap gejala-gejala kanker, diharapkan penanganan yang lebih tepat dan cepat dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat penting dalam memperkenalkan tanda-tanda awal penyakit kanker kepada para kader sebagai garda terdepan dalam edukasi kesehatan masyarakat.
Kanker merupakan penyakit kronis yang menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia. Berdasarkan Lin et al., (2023) bahwa pada tahun 2021 penyakit kanker menempati peringkat pertama dan kedua sebagai penyebab utama kematian di 112 negara secara global.
Beberapa faktor yang memengaruhi tingginya insiden kanker di dunia antara lain yakni jumlah populasi, tingkat ekonomi, serta gaya hidup. Upaya pencegahan dan pengobatan kanker secara dini harus dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit kanker.Hal serupa juga dijelaskan dalam WHO, (2023) bahwa pada tahun 2021, dari 7.676.965.500 total populasi, terdapat 18.078.957 jumlah kasus pasien dengan kanker dan 9.555.027 jumlah kematian akibat kanker di dunia. Adapun tiga jenis penyakit kanker dengan insiden tertinggi di dunia meliputi kanker paru – paru, payudara, dan kolorektal. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Jumlah prevalensi kanker di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 348.809 kasus dan 207.210 kasus kematian dari 270.625.567 total populasi yang ada. Adapun kanker dengan kasus tertinggi di Indonesia meliputi kanker payudara, kanker serviks, kanker kolorektum, leukimia, kanker hati, dan kanker paru – paru.
Keberhasilan perawatan pasien kanker tidak terlepas dari peran pasien dan penyedia pelayanan kesehatan. Semakin dini diagnosis dan pengobatan kanker, maka kemungkinan pasien untuk pulih akan semakin meningkat. Pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan sejak dini sangat dipengaruhi oleh peran pasien.
Keputusan pasien untuk melaksanakan pengobatan kanker secara dini sangat menentukan keberhasilan pengobatan yang dijalani. Namun, kenyataan yang ada di lapangan bahwa sebagian besar pasien kanker yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah pada tahap stadium akhir atau pada tahap terminal.
Berdasarkan Setyawan et al., (2023) bahwa kondisi yang terjadi saat ini adalah kurangnya program pencegahan, diagnosis dini, intervensi pengobatan yang komprehensif, serta sistem perawatan kesehatan yang tidak terkoordinasi dengan baik dapat berkontribusi pada tingginya proporsi angka kematian terkait kanker di negara berkembang. Prevalensi kanker di Indonesia merupakan insiden kanker yang tinggi yakni sekitar 65.000 diagnosis setiap tahunnya dengan angka kematian sekitar 22.000 per tahun. Proporsi kematian akibat kanker di Indonesia relatif tinggi tersebut disebabkan karena sebagian besar pasien (lebih dari 70%) didiagnosis pada stadium lanjut atau telah mengalami metastasis. Berdasarkan penelitian dilakukan oleh PRAKARSA, 2023 bahwa DKI Jakarta menghadapi tantangan signifikan dalam menghadapi penyakit kanker. Berdasarkan data yang diperoleh, DKI Jakarta menempati urutan kedua di Indonesia dengan tingkat prevalensi kanker sebesar 2,4 kasus per 1.000 penduduk. Ini menunjukkan bahwa kanker menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di wilayah ini. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi di DKI Jakarta, dengan angka kasus baru mencapai 30,8% dari total kasus kanker di wilayah tersebut. Selain itu, kanker serviks juga menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum, dengan angka kasus baru sekitar 17,2%. Faktor risiko utama penyebab kanker payudara di DKI Jakarta meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, genetik, siklus menstruasi, melahirkan, dan riwayat kanker sebelumnya. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pembedahan merupakan tatalaksana yang paling umum dilakukan terhadap penderita kanker payudara, dengan proporsi sebesar 61,8%. Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah DKI Jakarta telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, termasuk program skrining kanker dan promosi kesehatan. Namun, tingkat partisipasi skrining masih rendah, sehingga perlu dilakukan upaya intensif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di berbagai wilayah. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada individu yang terkena, tetapi juga memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang signifikan bagi keluarga dan masyarakat secara luas. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan deteksi dini kanker menjadi sangat penting dalam mengurangi beban penyakit ini. Pencegahan kanker melibatkan berbagai strategi, termasuk promosi gaya hidup sehat, pengendalian faktor risiko, dan vaksinasi untuk jenis kanker tertentu. Sementara itu, deteksi dini memungkinkan diagnosis dan pengobatan pada tahap awal penyakit, yang secara signifikan meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup pasien. Implementasi program pencegahan dan deteksi dini kanker yang efektifdapat memberikan manfaat jangka panjang. Hal ini tidak hanya mencakup penurunan angka kejadian dan kematian akibat kanker, tetapi juga pengurangan biaya perawatan kesehatan dan peningkatan produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pemangku kepentingan di wilayah tersebut untuk memahami dan memprioritaskan upaya-upaya ini dalam kebijakan kesehatan masyarakat.
Kader kesehatan merupakan individu yang dipilih oleh masyarakat untuk berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, terutama melalui program Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Mereka merupakan tenaga sukarela yang dilatih untuk membantu petugas kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Tugas utama kader kesehatan meliputi pendaftaran, pencatatan, dan penimbangan bayi dan balita, serta membantu dalam pemeriksaan kesehatan lansia dan masalah gizi. Kader kesehatan berfungsi sebagai penggerak upaya kesehatan primer, menyebarkan informasi kesehatan, dan mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka juga berperan dalam mendukung program keluarga berencana dan mengatasi masalah kesehatan di komunitas. (WHO, 2005)
Hal ini sejalan dengan tujuan dari kegiatan edukasi dan pemberdayaan kader kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker yang terjadi dimasyarakat, yang diharapkan dapat menjadi langkah awal yang baik dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan, khususnya dalam upaya penanganan kanker sejak dini. Acara ditutup dengan pemberian penghargaan kepada kader terbaik dan tervaforit, menambah semangat para peserta dalam mendukung upaya deteksi dini dan penanganan kanker di lingkungan masing-masing. (**)