SUKABUMI, INFODESAKU – Cinta terhadap kebudayaan merupakan berikhtiar untuk merevitalisasi berbagai kesenian yang pernah hidup dan berkembang di masa silam lalu, hal yang sulit mempertahankan atau menumbuhkan kembali kesenian tersebut kepada generasi zaman sekarang karena itu perlu dukungan moril maupun meteril Dinas Kebudayaan Kabupaten khususnya Sukabumi.
Tim Infodesaku beberapa hari yang lalu berkunjung ke sesepuh, tokoh sekaligus pelaku seni Abah Unang paguron Gagak lawung Pajampangan Jampangkulon pada hari rabu 12 juni 2020 yang lokasi di Kp. Cidangdeur RT 029 RW 010 kelurahan/kec. Jampangkulon kab.sukabumi.
Perbincangan kami Abah Unang seni dan budaya di sini itu berkeinginan Lebih gebyar, ditakutkan mau padam terutama pengiat pencak silat.
“Di urang teh hayang leuwih rame deui kasenian teh. Jadi cara na budak teh kudu resep hela kana seni wayahna pareman hape na mun ker latihan. Jaba zaman virus kieu budak nya teu sakola, ngome hape wae, jeng nompo tv,” kata abah.
(Didaerah sini berkeinginan lebih gebyar lagi kesenian nya. Masih banyak generasi yang tidak suka terhadap kesenian apalagi pada saat pandemi corona, sekolah di liburkan anak-anak pada main hp dan nonton tv)
Bah Unang juga mengatakan sangat Prihatin jarangnya para generasi muda ikut mengembangkan seni budaya terutama pencak silat.
“Abah mah prihatin luar biasa seuseurnateh nu latihan teh ti luar daerah anu didieu mah bisa di itung,” ungkap abah yang mulai meniti seni sejak tahun 80an lalu.
(Saya sangat prihatin luarbiasa yang berlatih itu kebanyakan luar daerah sedangkan pribumi tidak ada).
Melihat sedikit dari perbincangan dengan abah Unang perlunya dukungan dari semua pihak terutama dinas seni dan budaya guna lebih menggali dan mengembangkan seni budaya yang ada di daerah Sukabumi.
Menurut abah sejak tahun 2012 tidak ada suara goong pada kegiatan seni budaya yang di perlombakan lalu abah berikhtiar untuk merevitalisasi kesenian tersebut dengan mendatangi para paguron di pajampangan ada sekitar 20 paguron untuk di hidupkan kembali dengan mengadakan latihan bersama serta mengadakan pasang giri di daerahnya itupun hanya berjalan beberapa tahun saja karena minimnya dukungan.
Akhir pembicaraan Abah mengucapkan pribahasa “Sok sieun Cul dogdog tinggal igel hartina ninggalkeun pagawean utamana, malahan kalahkah migawe pagawean anu henteu penting dipigawe”
(Meninggalkan kerjaan yang wajib malah mengerjakan yang tidak penting).
Di tempat yang sama Budi Arya salahsatu Anggota Dewan Kebudayaan di Kab.Sukabumi dirinya membenarkan terkait keprihatinan terhadap seni budaya terkesan dijaman sekarang terutama generasi milenial sudah sedikitnya kurang respon terhadap seni budaya sunda.
“Disini kita harus secara bersama-sama menggali potensi baik di bidang seni maupun budaya lokal khususnya di Kab.Sukabumi, butuh peranan serius dari semua pihak terutama pemerintah daerah agar bisa terus mendorong potensi kesenian dan budayanya sebab saya khawatir kedepan anak cucu kita lupa akan seni budayanya sendiri.” ujarnya
Lebih lanjut Budi, dirinya mengucapkan banyak terimakasih terhadap para sesepuh kesenian maupun para budayawan yang sempai hari ini masih mempertahankan kesenian dan budaya tradisionalnya.
“contoh di Pajampangan ini banyak potensi salah satunya ada Simpay Pajangpangan yang menggabungkan jurus dari berbagai paguron yang berada di wilayah 6 pajampangan ini memiliki khas tradisinya sendiri baik di bidang seni maupun budaya yang sejatinya harus di pertahankan serta butuh perhatian dari pemerintah, dan saya berharap kedepan anak-anak bisa lebih mencintai seni dan budayanya kemudian membiasakan dirinya menggunakan bahasa daerahnya (Sunda) terutama Bahasa: Salam, Punten dan Nuhun.” ungkap Budi
Laporan : Dev