SUKABUMI, INFODESAKU – Sebut saja Ruslan Raya panggilan akrab di akun facebookya. Menurut keterangan Ruslan pada saat acara ngider sukabumi beberapa hari yang lalu bersama my palabuhanratu menjelaskan, memang disitu ada salah satu batu yang bergambar namun sudah tidak jelas karena mungkin itu tulisan puluhan abad lalu.
Sehingga Ruslan Raya menyimpulkan bahwa gambar itu menerangkan tentang suatu peradaban pada jamannya ada sebuah kerjaan, dan simbol simbol pertanian, irigasi, peternakan, juga simbol ketuhanan. Batu itu lebih tepatnya Ruslan menyebutkaan sebagai site plannya wilayah tersebut. Hal itu di benarkan oleh kuncen situs tersebut mbah Jaya Baud.
“Sesaktinya penduduk jaman dulu mereka mengakui TUHAN itu satu dan maha segalanya dengan simbol batu besar yang berdiri menengadah kelangit itu. Selain itu Ruslan menyebutkan kemungkinan informasi yang didapat dari gambar tersebut adalah penduduk pada jaman dahulu mereka memakai upacara MOKSA yaitu dengan cara menghadap ke batu dengan ritual ritualnya lalu mereka hilang. Jadi tidak ada kuburannya,” katanya ketika dikonfirmasi media tentang penggalian informasi gambar di batu itu. Senin (13/04/2019).
Lebih lanjut Ruslan Dulu memang saya pernah jalan kaki. Kalau bahasa jawa “lelaku” kalau sunda “ngalalana” Perjalanan itu mgengalir begitu saja. Dengan berbagai latar belakang kejadian yang diluar nalar saya yang sebenarnya saya sendiri tidak begitu mengerti.
“Namun saat itu saya sendiri menyadari bahwa perjalan itu bukan keinginan dan bukan pula tujuan saya, walau beberapa kali menolak secara logika dan hati, yang pada akhirnya tetap aja merasa tanpa beban dan tanpa lelah saya berjalan dari satu tempat ketempat lainnya,” ungkapnya.
Terkecuali beban logika saya yang tidak mampu mengerti tentang semua itu namun setiap kali momen diperjalanan itu seolah olah saya pernah ngalami mungkin yang disebut DEJAVU, mulai dengan pertemuan beberapa kiyai sepuh, orang tua, singgah dan istirahat di tempat-tempat tertentu bisa berhari-hari dan berbulan-bulan seperti situs situs sejarah, makom makom para ulama dll.
Tambahnya dari mulai Pamuyangan Cikakak hingga jatim dan jateng. Paling lama saat itu saya tinggal di Pangsarean mbah Idris bin Amir hasan andong boyolali sekitar 6 bulanan. Terus di komplek patilasan atau makom para wali wonodobro daerah kendal. Terakhir saya disuruh tinggal sama bah kiyai Ashari gurunya Habib Lutfi waktu kecil. Didukuh salam tegal. sekarang sudah “mangkat”/alm. Semoga beliau ditempatkan di tempat orang orang yang digolongkan TAQWA menurut Allah SWT aamiin yra Alfatihah.
“Disitu saya hampir 6 bulanan, walapun saya ga bisa ngaji kitab, selalu diajak bah kiyai ngaji rutinan setiap kamis pertemuan para kiyai kiyai NU di tegal. Abah selalu menyuruh saya duduk disampingnya,” ucapnya.
Diperjalanan berbagai kisah dialami disangka orang gila, disangka orang pintar macem macem dan hikmah dari semua itu adalah tentang kesabaran dan perjuangan hidup untuk bisa lebih mendekatkan diri pada sang pencita aamiin.
Ruslan raya pernah belajar di pakultas adab UIN Bandung angkatan 2000 dan juga pernah memdirikan berberapa perusahan dibidang IT barkode label hologram dan juga pernah bergabung dengan PT. Tubidal global kini lebih banyak menghabiskan waktu di kampung halamannya dan terus mengkampanyekan sosial kemanusian melalu group mata sosial lewat fb nya.
“Saya berharap sukabumi ini mampu membenahi dan mengatasi masalah-masalah sosial, budaya dan lain-lain. Apalagi dengan adanya Anggaran dana desa sudah selayaknya di pedesaan tidak ada lagi keterbelakangan sosial karena sejatinya orang yang gila pun ditanggung pemerintah,” tutupnya.
Laporan : Dev/BA
1 comentar
Pak Ruslan raya teh orang mana tea nya? Sakti sugan orang na.he